Panduan WHO mengisyaratkan agar makanan pertama yang dikenalkan adalah kategori makanan pokok (karbohidrat) sesuai jenis makanan pokok yang dikonsumsi keluarga. Sesuaikan tekturnya dengan syarat tekstur MPASI yang benar. Untuk perkenalan awal mpasi, paling lama 2 minggu pertama dikenalkan bubur/puree tunggal dari satu bahan, boleh ditambah ASI atau air, jaga tekstur agar tetap semi kental (yang bila diletakkan di sendok dan sendok dibalik tidak mudah tumpah). Frekuensi makan 1-2 kali sehari dengan porsi 2-3 sendok makan dewasa tiap kali makan. Kenalkan semua bahan makanan dari mulai kategori karbohidrat/makanan pokok, buah dan sayur, kacang2an dan sumber-sumber protein hewani dan nabati.
Setelah dua minggu masa perkenalan kenalkan bubur saring lengkap karbohidrat dan sayur ditambah protein hewani dan protein nabati serta sumber lemak tambahan seperti minyak/margarin. Frekuensi makan 2-3x sehari dan dapat diberikan 1-2 kali cemilan bila bayi mau.
Jadi, dalam setiap piring makan anak jangan hanya ada nasi dan sayur atau nasi dan telur ya…lengkap semua elemen gizinya dari mulai karbohidrat, vitamin dalam sayur mayur, protein hewani-nabati dan sumber lemak. Jadi sudah seperti piring dewasa yaa…ada nasi, sayur dan lauk
Menunya apa? Sebetulnya apapun yang dimakan keluarga bisa digunakan. WHO menyarankan makanan bayi adalah makanan yang bisa didapatkan di lingkungan kita. Kalau di rumah ibu membuat sayur sop, sayuran yang digunakan utk sayur sop bisa diberikan ke bayi, dengan bumbu dan tekstur sesuai usia bayi. Jika ada riwayat alergi, perhatikan makanan apa saja yang berpotensi alergi pada anak.
Mari perbaiki MPASI si kecil yuk Bu…MPASI berkualitas dan bervariasi bukan hanya membuat bayi tidak mudah bosan, tapi juga menjamin ketercukupan nutrisinya.
Berdasarkan panduan mpasi-WHO yang dirujuk oleh AIMI :
Semua jenis bahan makanan dikenalkan sejak 6m, karbohidrat, sayuran, protein nabati (kacang-kacangan & olahannya) dan hewani (daging, ikan, ayam, telur, ati, dll), buah, termasuk sumber lemak tambahan seperti santan, minyak dan mentega, serta kaldu. Tekstur makanan yang dianjurkan adalah semi kental bukan encer seperti asi yaitu ketika sendok dibalik makanan tidak langsung tumpah. Kekentalan menunjukkan semakin banyak nutrisi.
Untuk perkenalan awal mpasi, paling lama 2 minggu pertama dikenalkan bubur dan puree tunggal (dari satu bahan), boleh ditambah asi, jaga tekstur agar tetap semi kental. Frekuensi makan 1-2x sehari dengan porsi 2-3 sdm dewasa tiap kali makan. Jadi bukan hanya buah saja atau sayuran saja, tapi bisa juga protein dan aneka karbohidrat.
Paling telat minggu ketiga sudah harus dikenalkan bubur halus/saring lengkap karbo + sayur + protein hewani + protein nabati (kacang-kacangan atau olahannya) + sumber lemak tambahan (santan/minyak/mentega/margarin). Frekuensi makan 2-3x sehari, mulai diberikan makanan selingan 1x.
Jadi minggu ketiga, selain buah sebagai selingan, dalam 1x makan dalam 1 piring/mangkok harus ada sumber karbohidrat + hewani + nabati + sayuran + lemak tambahan. Dan jadikan menu buah sebagai bagian dari menu harian mpasi dan keluarga bukan hanya untuk awal pengenalan mpasi.
* memblender nasi tidak membuat nasi benar2 jadi lembut merata seperti bubur, akan ada bagian2 yg menggumpal dan itu justru bahaya buat bayi yg sedang belajar makan lhoo. Yang disebut bubur saring artinya bubur yang disaring atau diblender, bukan nasi yang disaring atau diblender yaa..Tekstur yg dihasilkan dr nasi yg diblender atau disaring tidak sama dengan tekstur dr bubur yg diblender atau disaring.
* dengan panduan WHO sebenarnya tidak perlu tes 2 hari. Tiap hari variasi menu. Reaksi alergi bisa muncul dalam waktu 24 jam. Aturan 2-3 hari diterapkan jika memang anak bakat alergi dan diberlakukan hanya untuk makanan yang memang berpotensi sebagai pemicu alergi.
* Bumbu boleh langsung dicoba. Tapi bumbu cukup dimasukkan utuh yah. Misal kalo bawang yaa dibelah dua aja. Bumbu yang bisa digunakan sebagai perasa bubur yang disukai anak Indonesia: Daun sereh atau batang sereh, Bawang merah (cukup belah 2), bawang putih (cukup belah 2), daun jeruk, lngkuas, daun bawang, daun pandan. Kadang bisa juga daun salam dan seledri.
* pemberian lemak baik minyak goreng, santan ataupun margarin, langsung diberikan di buburnya yang panas. tapi tidak dimasak. margarin walau ada garamnya boleh karena bukan komponen utama. camilan untuk mpasi adalah buah.
“kenapa AIMI hanya menyarankan metode MPASI WHO dan tidak metode yang lain seperti Food Combining (FC)?”
PERTAMA, angka Anemia Defisiensi Besi (ADB), terutama untuk bayi antara usia 6-12 bulan itu sangat tinggi di Indonesia, yaitu lebih dari 40%. Sesuai rekomendasi WHO, negara-negara dengan angka ADB di atas 40% harus memiliki program nasional untuk pemberian zat besi, baik zat besi dalam makanan maupun zat besi dalam bentuk suplemen. Dan yang juga harus Anda ketahui, ADB bisa menyerang semua bayi, terlepas dari apapun latar belakang ekonominya dan seringkali ADB tidak menunjukkan tanda-tanda fisik yang jelas. Nah, sumber zat besi yang paling mudah diserap tubuh adalah yang berasal dari protein hewani. Itu kenapa, protein hewani dalam metode WHO disarankan dikenalkan sejak usia 6 bulan.
KEDUA, tahukah Anda bahwa angka bayi/balita stunting atau pendek di Indonesia sangat tinggi? Berdasarkan statistik UNICEF dan Kementerian Kesehatan, sepertiga bayi/balita di Indonesia (angka pastinya sekitar 35,6%) mengalami stunting atau bayi pendek. Sepertiga? Yup! Banyak ya?:( Saking tingginya angka ini, sampai-sampai lembaga internasional seperti UNICEF dan Uni Eropa tahun lalu membuat kerjasama khusus untuk membantu menekan angka stunting di Indonesia. Apa sih efek dari bayi stunting? Bayi/balita yang mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak sempurna, kemampuan motorik rendah, mempunyai produktivitas yang rendah dan memiliki risiko untuk menderita penyakit tidak menular. Kalau kita ambil data dari WHO, sepertiga anak Indonesia yang mengalami stunting itu, pada umur 5 bulan sudah kekurangan tinggi badan sekitar sekitar 7 cm. Dan pada umur 17 tahun dia sudah kehilangan hampir 14 cm. Rata-rata penyebab stunting adalah standar pemberian asupan yang kurang tepat, termasuk pemberian MPASI yang tidak memenuhi salah satu elemen penting pertumbuhan yaitu: protein. Tahukah Anda bahwa protein untuk bayi di bawah 1 tahun menyumbang 60-75% terhadap proses pertumbuhan? Jadi, tentu Anda paham apa sebabnya jika protein terlambat diberikan. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan inilah maka AIMI mensupport pemerintah untuk mengedukASI pemberian MPASI dengan metode WHO. Karena salah satu cara untuk memperbaiki angka-angka statistik di atas adalah dengan fokus pada edukASI pemberian asupan yang benar dalam 1000 hari pertama kehidupan anak sesuai program pemerintah "Gerakan Nasional Sadar Gizi" . Apa saja di dalamnya? Di dalamnya berarti pemberian ASI hingga dua tahun dan pemberian MPASI yang benar. Tentu saja keputusan metode MPASI apa yang digunakan kami kembalikan ke orang tua masing-masing. Tetapi dalam memilih, pertimbangkan juga alasan-alasan di atas ya.
Bagaimana cara membuat MPASI yang praktis dan sehat?
Berikut ini merupakan cara pembuatan MPASI yang disampaikan oleh dr. Annisa Karnadi hasil oleh-oleh memasak MPASI di Pelatihan MPASI PERINASIA, dimasak dalam waktu yang sangat singkat loh, bahan diambil dari meja makan keluarga sehingga tidak merepotkan.
Cara memasak MPASI yang bergizi, praktis dan cepat :
1. Ambil nasi 1 mangkok kemudian ditambah air satu mangkok. (air bisa kaldu atau santan)
2. Tambahkan bumbu, sayur-mayur dan lauk-pauk.
Bumbu utuh saja, bawang cukup dibelah dua dan jangan ikut dilumatkan. Sayur dan lauk yang
dicincang/diiris halus.
3. Masak di atas api hingga air menyusut sehingga nasi telah menjadi bubur lembik.
4. Ambil bubur lembik lalu lumatkan dengan saringan kawat.
5. Ambil hasil pelumatan bubur dibalik saringan kawat sehingga menjadi bubur lumat.
6. Sajikan dengan ditambahkan satu sendok minyak atau margarin. Bisa dicoba dengan setengah
sendok makan atau satu sendok teh dahulu sambil dilihat reaksi bayi.
Tips dari kami :
Semua bahan memang dimasukkan di awal, tapi nanti yang matang duluan diangkat (maaf belum ada dokumentasinya). Contoh, jika bahannya 1 cup nasi dan 1 cup air/kaldu, tambahkan bumbu (bawang-bawangan, sereh, atau lainnya), masukkan juga lauk (ikan, tempe) dan sayur..
Nah saat sayur sudah matang, angkat sayurnya, sisihkan. Saat tempe matang, angkat sisihkan, dst.. Sambil menunggu yang lain matang, Bunda bisa menyaring sayur dulu (kalau susah disaring, bisa diulek saja)
Nah, jika ingin disimpan untuk 2-3x makan, usahakan karbohidrat, lauk, sayur, dipisah yaa...
Nanti bisa dihangatkan sebentar...
Lalu jika ingin menambah lemaknya, jangan lupa ditambahkan minyak ya..
Kalau mau langsung dicampur juga bisa..
Tapi tetap perhatikan urutan memasukkan bahan makannya....
http://www.makanananaksehatku.com/2015/01/cara-membuat-mpasi-yang-praktis-dan.html?m=1
GULA GARAM:
Mengapa gula dan garam tidak dianjurkan diberikan pada saat bayi masih berumur di bawah 1 tahun?
JAWAB: Dalam ketentuan WHO tidak ada larangan memberikan garam tapi memang hanya sedikit. Jauh lebih sedikit dari yg diberikan pada makanan dewasa. Tetapi harap diingat, panduan WHO sifatnya universal di seluruh dunia ya… Masalahnya, definisi “sedikit” pada orang Indonesia berbeda dengan “sedikit” pada kuliner Barat. Kita terbiasa dengan kuliner bercita rasa kuat dengan penambahan garam gula dan bahkan penyedap rasa pada makanan dlm jumlah yg cukup banyak, untuk ukuran kuliner Barat. Sehingga inilah yg sering “merusak” palate atau toleransi anak terhadap rasa. Anak sudah biasa kenal cita rasa yg kuat sejak kecil krn pengaruh kuliner lokal ini…Itu kenapa orang Indonesia selalu menganggap masakan Barat (yg bukan dimodifikasi dengan lidah kita ya), hambar, krn memang mereka menggunakan garam yg sangat sangat sedikit bahkan pada dewasa. Nah penundaan pemberian ini diharapkan akan mengurangi beban ginjal anak di usia yg sangat muda sekaligus tidak memberi kesempatan peningkatan ambang rasa secara signifikan pada usia yg terlalu muda. terlepas apakah keluarga kita termasuk yg memberi gulgar banyak atau sedikit, menunda akan lebih baik bagi palate dan kesehatan anak mendatang justru krn kita tidak bisa pukul rata semua standar gurih dan manis semua keluarga.
Kalau kita kembali lagi ke konsep MPASI sebagai proses pengenalan bahan makanan, semua bahan makanan harus dikenalkan sesuai rasa aslinya baru kemudian kita kombinasikan hingga membentuk citarasa olahan kuliner. Jadi sebelum kita kenalkan anak sama sop ayam yg isinya macam2 sayuran, kita kenalkan dia sama rasa tiap sayur2an dahulu, tanpa intervensi rasa yg lain. Kalau mau kembali ke rasa, gunakan rempah. Toh kita kaya akan rempah, bisa manfaatkan itu utk membantu memperkuat rasa makanan. Soal kebutuhan garam, di beberapa penelitian, utk bayi yg masih ASI ATAU sufor, kebutuhan akan garam sudah dipenuhi oleh ASI ATAU sufor, itu kenapa dia tidak lagi perlu garam utk bayi di bawah 1 tahun, krn dia hanya butuh 1 gram garam per HARI : http://www.nhs.uk/chq/Pages/824.aspx?CategoryID=51 Kebutuhan yodium hanya 90 mikrogram per hari dan itu bsia dipenuhi oleh sufor atau ASI plus bahan makanan yg beragam. Itu alasannya mengapa sampai 1 thn tidak perlu ada asupan garam tambahan kalau alasannya hanya utk kebutuhan yodium. Sementara kalau kita sudah memberikan ikan, mentega, atau keju di sana juga sudah mengandung garam. Tubuh memang membutuhkan natrium yang dapat diperoleh dari garam dapur. Namun tak perlu mengonsumsi khusus garam dapur jika natrium yang terkandung dalam bahan makanan alami sudah mencukupi. Kebutuhan natrium pada bayi di bawah 1 tahun juga hanya 0,4 gram per hari. Hampir semua produk laut, secara alami sudah mengandung unsur natrium. Hal yg sama juga untuk penggunaan gula, terkait ambang batas rasa anak dan potensi dia jadi menyukai makanan yg manis2 … Tetapi pilihan di tangan Anda tentunya.
MPASI TEPUNG: Mengapa MPASI dalam bentuk tepung tidak disarankan?
JAWAB:
Penggunaan tepung untuk MPASI tidak dianjurkan. Kalau ngotot mau menggunakan tepung, yang disarankan hanya tepung giling sendiri, bukan tepung dalam kemasan. Kalaupun pakai tepung giling hanya bisa digunakan untuk 1-2 minggu masa pengenalan MPASI tapi sehabis itu sebaiknya tidak. Kenapa tidak disarankan tepung? Tepung membuat MPASI teksturnya terlalu halus, tidak membuat bayi belajar mengunyah dan mengolah makanan. Sementara MPASI adalah proses mengenalkan makanan pada bayi. Mengenalkan rasa dan tekstur. Jadi biarkan dia kenal makanan dengan tekstur aslinya. MPASI tepung porsinya cenderung lebih banyak (satu sendok nasi dengan satu sendok tepung beras itu banyakan tepung beras). Nah, porsi kebanyakan bisa juga jadi sembelit. Lebih baik lagi kalau dari awal sudah dikenalkan beras aslinya. Proses pembuatan tepung giling juga membuat banyak zat gizi yg hilang. Jika tepung giling ada kulit arinya (misal: bekatul) bisa membuat bayi sembelit.
BAB Bayi MPASI: Bagaimana mencegah sembelit pada bayi yang sudah MPASI?
JAWAB:
PERTAMA, jangan kaget bila setelah mulai MPASI, feses bayi mulai kelihatan lebih padat atau lebih berampas, warnanya lebih gelap atau bahkan berwarna warni dan baunya lebih kuat. Normal, karena asupannya juga berubah. Dari hanya berupa ASI yang bentuknya cair ke kombinasi ASI dan makanan padat yang mana warna dan tekstur makanan padatnya bisa berbeda beda. Di fase perkenalan MPASI biasanya bayi mulai kelihatan mengejan saat BAB. Normal karena tekstur fesesnya mulai berbentuk jadi cara dia BAB akan semakin menyerupai cara kita BAB.
KEDUA, pada fase awal MPASI bayi sangat rentan sembelit. Observasi sebab2 sembelit pada bayi MPASI:
1. Porsi makanan terlalu banyak. Perhatikan porsi MPASI sesuai usia.
2. Naik tekstur terlalu cepat. Sesuaikan tekstur dengan standar usianya. jangan terlalu padat dan jangan terlalu cair. Setiap usaha naik tekstur, lakukan BERTAHAP.
3. Kebanyakan serat: bayi yang terlalu banyak konsumsi serat justru bisa sembelit, kebutuhan serat bayi berbanding terbalik dengan dewasa. Jika dewasa ingin mudah BAB, maka orang dewasa harus banyak konsumsi serat. Sementara bayi yang terlalu banyak konsumsi serat justru rentan sembelit. Cek kembali jenis2 sayur dan buah yang Anda berikan ke bayi. Jika memberikan buah atau sayur yang kaya serat, imbangi dengan memberikan sumber lemak atau berikan buah yang minim serat tapi kaya air.
4. Kurang sumber lemak. Itu mengapa dalam MPASI disarankan memberikan sumber2 lemak, baik berupa pemberian bahan makanan berlemak seperti alpukat atau pemberian minyak pada makanan. Minyaknya tidak harus EVOO. Gunakan minyak goreng yang ada di rumah, yang penting minyaknya baru. Margarine juga bisa digunakan.
5. Kurang mendapatkan ASI. Seringkali ketika mulai MPASI, orang tua mengalami euphoria krn anaknya akhirnya “buka puasa”. Akibat terlalu fokus pada pemberian MPASI, jadi kadang mengabaikan pemberian ASI. Bayi yang sudah MPASI tetap diberikan ASI ON DEMAND. Saat bayi haus tetap berikan ASI. Jangan takut memberikan ASI sebelum bayi makan karena ASI tidak akan membuat bayi usia 6 bulan ke atas kenyang. Itu makanya dia mulai membutuhkan MPASI krn kebutuhan kalori hariannya di usia 6 bulan tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI.
6. Mulai kenalkan air putih sedikit sedikit secara bertahap, walau tidak perlu pasang target harus menghabiskan berapa ml air putih per hari. Ingat bahwa ASI sendiri lebih dari 80% komponennya adalah air. Air putih bisa membantu untuk mencerna makanan dan membersihkan mulut dan gigi bayi setelah makan.
7. Sembelit juga bisa merupakan salah satu indikasi alergi. Cek jika ada kemungkinan bahan makanan yg dikenalkan adalah pencetus alergi pada bayi.
Sembelit dapat diatasi dengan memodifikasi bahan makanan yang diberikan. Pijat ILU dan gerakan gowes sepeda juga dapat tetap diaplikasikan.
Yang juga penting, jangan lupa membuat food diary atau catatan bahan makanan yg dikenalkan ke bayi, terutama di masa awal MPASI. Karena sumber sembelit bayi satu dengan bayi lain berbeda. Bahan makanan yg bisa membuat bayi mudah BAB antara bayi satu dengan bayi lainnya berbeda. Sehingga kita bisa tahu apa saja yg membuatnya sembelit dan mana yg membuatnya mudah BAB.