Skip to main content

MAMA, LEBIH PILIH MANA? MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA GADGET ATAU BERSAMA ANAK?


Anak itu usianya baru dua tahun. Beberapa waktu yang lalu dia baru bisa berjalan. Kini dia telah lincah lari kesana kemari. Di pagi hari dia jelajahi seisi rumah. Mulai dari ruang tamu, kamar tidur ayah ibunya, hingga kamar mandi. Anak itu seakan-akan baru ketagihan berjalan dan berlari. Setelah sebelumnya masih takut-takut untuk melangkah.
Sore hari, setelah mandi anak itu merengek. Minta kepada ibunya untuk berjalan-jalan diluar. Namun ibunya tidak membolehkan. Sedang hujan, katanya, mainnya di dalam saja.
“Mainan truk ini aja ya.”
Hujan memang turun dengan deras sore itu.
Si anak mendorong-dorong truk yang cukup besar itu. Di bagian depan ada tali, dia tarik talinya dan berjalan dari ruang depan hingga belakang.
Tak berapa lama, dia bosan. Dia merengek lagi.
“Aduh, jangan rewel tho. Nonton video aja di hape. Sini..”
Anak itu menurut. Dia asyik melihat gambar bergerak dengan suara-suara lucu bisa muncul dari layar yang kecil itu.
Ibu itu punya dua hape. Selagi anaknya menonton video, dia juga turut asyik berselancar di dunia maya. Membaca gosip terbaru.
Hari-hari berikutnya, tiap kali anak rewel si Ibu lebih memilih memberikannya hape agar anak lebih anteng. Dan si Ibu, daripada menemani anak untuk lebih aktif bermain -karena anaknya sudah anteng dengan hape di tangannya- dia juga asyik sendiri bersama hapenya yang lain.
Bunda, semoga ilustrasi cerita di atas tidak terjadi pada kita ya.
Jamak kita dapati anak-anak balita yang telah akrab dengan gadget. Bahkan cenderung kecanduan. Padahal menurut The American Academy of Pediatric (TAAP) menyarankan orangtua untuk mengurangi paparan sinar LED, baik dari ponsel pintar, tablet, dan televisi yang langsung kontak dengan mata bayi serta anak usia bawah lima tahun.
Menurut mereka, paparan langsung sinar LED bisa merusak sistem otak dan mengganggu kemampuan motorik anak.
Eits, namun ternyata ada yang lebih berbahaya dari hal itu lho. Yaitu orangtua yang lebih memilih bermain ponsel ketimbang menghabiskan waktu bersama anak-anak.
Menurut laporan TAAP, lebih kurang 70 persen orangtua sibuk dengan ponsel, tablet, dan laptop ketika bersama anak-anak. Situasi yang sering terjadi adalah saat anak mencoba berkomunikasi dan mengajak bermain, orangtua malah memberikan mereka tablet penuh dengan aplikasi permainan. Tujuannya supaya anak berhenti mengganggu orangtua.
Waini yang menurutku lebih gawat..
Gadget membuat waktu berkomunikasi dan bermain anak serta orangtua terus menurun.Nah, kondisi itu yang lebih berbahaya ketimbang sinar LED.
Tahukah Bunda? Bahwa setiap anak itu sebenarnya membutuhkan “bonding” dengan orang tuanya kurang lebih 60 menit dalam satu hari. Sebab, anak yang dari bayi sering bermain dan berbicara dengan ayah ibu terbukti memiliki kemampuan sosialisasi, toleransi, dan empati yang tinggi.

Aku kutip juga dari laporan yang dimuat di salah satu media, bahwa ponsel dan tablet menjauhkan hubungan orangtua dengan anak. Dampak paling signifikan dari kondisi itu adalah tidak terpenuhinya perhatian serta kasih sayang orangtua pada anak secara baik serta maksimal.
Tantrum, sifat egois, keras kepala, dan suka memukul, merupakan ciri-ciri anak yang jarang mendapatkan waktu berkualitas bersama orangtua saat masih bayi.
Jadi, lebih pilih mana? Menghabiskan waktu bersama gagdet atau bersama anak?

Popular posts from this blog

Hasil Psikotes Alula - Cara Membaca

Bismillah. Beberapa waktu lalu, alula mengikuti psikotes yang diadakan pihak sekolah. Alhamdulillah hasilnya sudah launching.   Tingkat perkembangan intelektual : 90-109 itu normal utk anak/orang rata-rata sebayanya. Porsi bermain dan belajar harus pas, materi pelajaran jangan berlebihan (khususnya yang masih dibawah 7 tahun) sampai mencuri waktunya bermain, sehingga menjadi stress. Tehnik pengajaran yang ideal adalah SIMULTAN : Simultan artinya belajar secara bertahap dan bersinambungan, jika halaman pertama belum bisa ataupaham hindari ke halaman selanjutnya, jika menulis huruf B dan D masih terbalik-balik ya itu dulu yang dipelajari. Belajarlah dari mulai dari yang mudah dengan keterangan2 yang jelas. Kemampuan dasar Aritmatika sudah mulai senang hitung2 an, Logika belajar Sebab Akibat, Persepsi pandai omong,tapi sulit melakukan, IQ 110-130 Superior, kecerdasan nya dia atas anak rata2 seusianya. Potensi harus terus distimulus dengan kegiatan2 yang merangsang kecerdasannya

Adab ke Toilet

Bismillah. Sudah beberaha hari ini, Naira mengompol. Entah itu baru sedikit pipis di celana dalam, ataupun ngompol. Saya jadi mulai terpancing emosinya. Kesal, karena setiap disuruh pipis ke toilet, Naira selalu menolaknya. Dan akhirnya ngompol. Tantangan hari ke 19 Kali ini saya BRP tentang kapan harus ke toilet Teteh, kalau ada rasa menggelitik di perut bawah ( sambil disentuh di bagian kendung kemih) itu tandanya "pengen pipis" Jadi teteh harus? "ke toilet" Sebelumnya harus apa? "buka celana dulu baru jongkok di toilet" Iyaaa pinteeer.. Kalau mamam suruh pipis? "tinggal buka celana terus pipis ditoilet" Jangan apa? "jangan tahan pipis" Nanti apa? "nanti ngompol" Kalau ngompol? "nanti mamam marah" Eaaaaaaaa. Ihihihi Selain marah apa? "nanti air pipis nya kemana-mana, najis" Iya, berarti mamam harus apa? "harus ngepel sama nyuci celana bekas ompol Iya..

PANDU 45

Spesial dari Bu Septi 🎁🎁🎁 PANDU 45 Buat ayah bunda yang kesulitan membersamai anak menemukan bakatnya, kami membuatkan panduan berbagai macam aktivitas yang bisa anda gunakan untuk menjadi pedoman berbagai macam aktivitas yang dilakukan anak-anak. Sebelum mereka berusia 16 th, perbanyaklah ragam kegiatan anak, sehingga mereka kaya akan wawasan, kaya akan kegiatan, sehingga di usia produktifnya nanti akan muncuk kekayaan gagasannya. Jangan buru-buru ditestkan beragam macam test bakat jenis apapun. Kita diberikan kekuatan mata hati dan mata fisik kita sebagai orangtua. Cara ini sangat mahal dibandingkan dengan mengikutkan anak-anak dengan beragam tes bakat. Karena cara ini tidak bisa dibayar dengan uang, tapi harus dibayar dengan waktu anda, pikiran anda dan hati anda untuk anak-anak. Ebook yang kami susun inipun mahal, tidak bisa dibayar dengan uang, tapi dibayar dengan kemauan anda menemani anak-anak menemukan jalan hidupnya dengan sabar, rileks, tidak menggegas dan ti