Skip to main content

MENGAA ORANG TUA HARUS BELAJAR?


Bismillah, ketika orangtua memiliki anak. Berapa banyak yang mau serius, sungguh-sungguh belajar mengasuh, dan mendidik anak?
Jika kebanyakan orang dewasa, mempelajari ketrampilan bekerja, cara berbisnis, ilmu membawa kendaraan, ilmu memasak, ilmu dalam rumah tangga. Kemudian mempelajari juga ilmu agama, berkaitan dengan ibadah. Tetapi bagaimana dengan ilmu mendidik anak?
Padahal ketika orang dewasa menikah, kemudian memiliki amanah berupa anak yang diberikan Allah. Berapa banyak yang menyadari kalau itu merupakan tanggung jawab?
Sadar sih itu tanggung jawab, sadar anak itu sebagai amanah. Tetapi kesadaran yang seperti apa? Tanggung jawab yang bagaimana? Tentunya jika hal ini yang ditanyakan kepada orangtua kemudian mereka akan kebanyakan terdiam sambil berfikir. Hebat kalau berfikir, padahal kebingungan.
Sebagian orangtua sadar, dan mengetahui cara membesarkan anak. Dengan berusaha memenuhi kebutuhan fisiknya, mencari nafkah dengan semangat misalnya. Kemudian berkenan menabung untuk menyiapkan masa depan anaknya.
Tetapi berapa banyak orangtua yang mau berkenan menyiapkan mental, skill, pemahaman dan ketrampilan hidup anaknya? Dan Allah sudah mengingatkan melalui firmanNya :
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”.(an-Nisa’: 9)
Tentu pengertian disini maknanya luas. Namun satu hal yang penting dipahami, perlu digaris bawahi, adalah sejauh mana usaha kita sebagai orangtua dalam menanamkan keyakinan yang kuat sehingga anak tetap berpegang teguh dalam agamanya. Siapa yang menjamin? Tentu tidak ada. Namun ikhtiar orangtua dalam memberikan software ( istilah abah Ihsan ) terhadap anak itulah yang akan mempengaruhi kehidupan anak.
Seberapa banyak software itu telah terinstall dalam diri anak. Itulah yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertindak anak-anak saat ini dan dikemudian hari. Atau kita sudah merasa cukup dengan telah menyerahkan pendidikan dan pengasuhan anak itu pada oranglain. Jika demikian yang terjadi, dimanakah letak peran orangtua? Apakah sebatas memberi makan 3x sehari kemudian pergi kesekolah, mengaji dengan guru ngaji. Tidak salah. Inipun termasuk tanggung jawab, tapi hanya sebagian kecil saja.
Jika hari ini kita lihat diluar sana, pada fenomena yang semakin luar biasa tidak bisa dihadang. Sebenarnya ada cara ampuh menghadapi problematika anak-anak, remaja, dewasa tapi tak mandiri. Cara ampuh tersebut adalah, mengubah perilaku dan pola berfikir orangtua ketika menghadapi anak-anak dalam keseharian.
Kebanyakan orangtua tidak menyadari, mendampingi, mengasuh dan membesarkan anak itu memiliki skill. Dan skill mendidik anak tentunya perlu dilatih, bisa dengan mengikuti seminar parenting, kursus mendidik anak, membaca buku pengasuhan anak atau berdiskusi dengan para pakar, guru, orangtua yang kita kenal baik dalam mendidik anak.
Yuk jadi orangtua betulan, bukan menjadi orangtua kebetulan. Karena sesungguhnya orangtua yang paling bertanggung jawab terhadap perilaku anaknya.
Yuk menjadi orangtua pembelajar. Belajar bagaimana mendidik anak. Karena mendampingi anak, dibutuhkan skill, ketrampilan. Sehingga kita sebagai orangtua tidak menggunakan cara-cara yang tidak tepat.
Yuk-Jadi Orangtua Shalih, sebelum meminta anak menjadi shalih. Agar kita merasakan surga terindah hadir dirumah kita.
Narasumber : Nurliani
ibu yang belajar

Popular posts from this blog

Hasil Psikotes Alula - Cara Membaca

Bismillah. Beberapa waktu lalu, alula mengikuti psikotes yang diadakan pihak sekolah. Alhamdulillah hasilnya sudah launching.   Tingkat perkembangan intelektual : 90-109 itu normal utk anak/orang rata-rata sebayanya. Porsi bermain dan belajar harus pas, materi pelajaran jangan berlebihan (khususnya yang masih dibawah 7 tahun) sampai mencuri waktunya bermain, sehingga menjadi stress. Tehnik pengajaran yang ideal adalah SIMULTAN : Simultan artinya belajar secara bertahap dan bersinambungan, jika halaman pertama belum bisa ataupaham hindari ke halaman selanjutnya, jika menulis huruf B dan D masih terbalik-balik ya itu dulu yang dipelajari. Belajarlah dari mulai dari yang mudah dengan keterangan2 yang jelas. Kemampuan dasar Aritmatika sudah mulai senang hitung2 an, Logika belajar Sebab Akibat, Persepsi pandai omong,tapi sulit melakukan, IQ 110-130 Superior, kecerdasan nya dia atas anak rata2 seusianya. Potensi harus terus distimulus dengan kegiatan2 yang merangsang kecerdasannya

Adab ke Toilet

Bismillah. Sudah beberaha hari ini, Naira mengompol. Entah itu baru sedikit pipis di celana dalam, ataupun ngompol. Saya jadi mulai terpancing emosinya. Kesal, karena setiap disuruh pipis ke toilet, Naira selalu menolaknya. Dan akhirnya ngompol. Tantangan hari ke 19 Kali ini saya BRP tentang kapan harus ke toilet Teteh, kalau ada rasa menggelitik di perut bawah ( sambil disentuh di bagian kendung kemih) itu tandanya "pengen pipis" Jadi teteh harus? "ke toilet" Sebelumnya harus apa? "buka celana dulu baru jongkok di toilet" Iyaaa pinteeer.. Kalau mamam suruh pipis? "tinggal buka celana terus pipis ditoilet" Jangan apa? "jangan tahan pipis" Nanti apa? "nanti ngompol" Kalau ngompol? "nanti mamam marah" Eaaaaaaaa. Ihihihi Selain marah apa? "nanti air pipis nya kemana-mana, najis" Iya, berarti mamam harus apa? "harus ngepel sama nyuci celana bekas ompol Iya..

PANDU 45

Spesial dari Bu Septi 🎁🎁🎁 PANDU 45 Buat ayah bunda yang kesulitan membersamai anak menemukan bakatnya, kami membuatkan panduan berbagai macam aktivitas yang bisa anda gunakan untuk menjadi pedoman berbagai macam aktivitas yang dilakukan anak-anak. Sebelum mereka berusia 16 th, perbanyaklah ragam kegiatan anak, sehingga mereka kaya akan wawasan, kaya akan kegiatan, sehingga di usia produktifnya nanti akan muncuk kekayaan gagasannya. Jangan buru-buru ditestkan beragam macam test bakat jenis apapun. Kita diberikan kekuatan mata hati dan mata fisik kita sebagai orangtua. Cara ini sangat mahal dibandingkan dengan mengikutkan anak-anak dengan beragam tes bakat. Karena cara ini tidak bisa dibayar dengan uang, tapi harus dibayar dengan waktu anda, pikiran anda dan hati anda untuk anak-anak. Ebook yang kami susun inipun mahal, tidak bisa dibayar dengan uang, tapi dibayar dengan kemauan anda menemani anak-anak menemukan jalan hidupnya dengan sabar, rileks, tidak menggegas dan ti