Jumat, 16 Februari 2018
Kediaman ten Ninik & Pa Saeful
Kopdar perdana HEbAT untuk wilayah bandung timur. Rencana kegiatannya adalah saling mengenal satu sama lain yang biasanya hanya menyapa di grup WA. Kemudian ada sedikit kegiatan anak dan juga botram.
Saat pertama datang, saya sudah terpesona dengan posisi kediamannya yg berada di pojok, dengan dihiasi pemandangan pepohonan yang dipenuhi berbagai buah buahan, kemudian yg melegakan adalah, ada tempat bermain anak-anak seperti ayunan, perosotan, bahkan ada ruang bermain anak didalam rumahnya. Ternyata ten Ninik memiliki sanggar anak-anak.
Kami disambut dengan penuh kehangatan, gaya bicara pa Saeful yg sangat ramah dan penuh canda, membuat kami tidak merasa canggung ketika berada diantara orang-orang yang baru dijumpai.
Perkenalan pun dimulai, dan dilanjut dengan menggali pemahaman masing-masing tentang arti dari Home Education.
Saya termasuk anggota termuda sepertinya, maksudnya saya baru bergabung 1th bersama HEbAT, sedangkan pasangan lainnya, mereka lebih lama bergabung, bahkan teh ninik sudah 4th, kurang lebih sama dengan pertama berdirinya komunitas ini.
Dari beberapa pendapat yang disampaikan, saya simpulkan sendiri bahwa HE adalah :
"Pendidikan anak yang dilakukan secara langsung oleh kedua orangtua ( ayah dan ibu )"
Sedangkan FBE ( Fitrah Based Education ) adalah :
"Mendidik anak sesuai fitrahnya,orangtua sebagai fasilitator dalam memantau, menstimulasi serta mengevaluasi setiap perkembangan anak, sehingga orangtua bisa menemukan minat dan bakat anaknya masing-masing."
Disini bisa digarisbawahi bahwa, mendidik anak itu bukan menjejali anak, memasang target, bahkan menentukan sendiri bagaimana anak besar nanti.
Bagaimanapun, anak memiliki hak untuk menentukan kemana mereka akan melangkah. Apakah anda sendiri mau, jika orang lain memaksakan anda untuk melakukan hal yang tidak anda sukai?
Begitu juga dengan anak kita. Walau mereka lahir dari perut kita, tetapi mereka hanyalah titipan dari Allah. Kewajiban kita adalah, mendidiknya untuk menjadi manusia yang bertaqwa. Membersamainya untuk menemukan peran dalam hidupnya.
Karena sebenarnya, Allah sudah membuat peranan bagi kita, hanya saja bagaimana cara kita untuk mengetahui, peran apa yg Allah inginkan untuk anak kita?
Maka dari itu, kita diwajibkan untuk belajar, untuk mencari ilmu, agar kita tidak salah langkah.
Dan satu hal yang saya dapatkan dari komunitan ini.
"Mendidik anak itu sebenarnya adalah mendidik diri kita sendiri dan pasangan kita"
Kenapa begitu? Ketika kita menginginkan anak yang sholeh, apakah bisa dengan kita yang masih belum sholeh?
Misalnya gini
Ketika kita bilang, "Ga boleh nonton TV ya nak, ga bagus!"
Lalu kita sendiri seharian nongkrong di depan TV, maka apa yang ada di dalam fikiran anak?
*TV bisa diganti dg HP atau gadget lainnya
Atau
"Kalau habis main, beresin lagi ya mainannya!" Namun kita sendiri tidak membereskan mainannya, ketika ikut bermain bersama anak.
Atau
"Kalau adzan, kita harus mendengarkan ya, tidak boleh melakukan aktivitas lain". Namun saat adzan kita malah asyik mengobrol sama saudara.
Dan masih banyak lagi...
Seingat saya, di usia 0-6th anak akan belajar dengan cara meniru. Dia harus meniru siapa? Untuk menjadi anak yg sholeh? Sedangkan kedua orangtuanya begini! Sedangkan dia seharian bersama ibu yang begini!
Stop!!!
Seharusnya disini kita harus mulai menyadari, bahwa sebelum mendidik anak, maka kita sendiri yang pertama dididik.
Wahai mama
Carilah ilmu
Janganlah bosan untuk belajar
Lalu, apa yang pertama harus dilakukan?
Kenalilah diri sendiri!
Apa kekuatan terbesarmu dan pasanganmu
Apa kelebihanmu dan pasanganmu
Kuatkan fitrah keayah bundaan kalian
Apa sih itu?
Peran ayah dan ibu yang seharusnya
Bukan sekedar ayah sang pencari nafkah dan ibu yang mengurus semua yang ada di rumah
Tetapi lebih dari itu
Ayah sebagai pendidik istri juga anak
Ayah sebagai sosok maskulin
Ayah sebagai pemegang peraturan atau disebut Ayah sang raja tega
Ibu sebagai pendidik anak
Ibu sebagai sosok feminim
Ibu sebagai pemegang kebijaksanaan yang berhati lemah lembut dan penuh kasing sayang
Anak membutuhkan kedua peran itu.
Tidak bisa ibu memiliki peran ganda, yang terkadang menjadi lemah lembut, yang terkadang menjadi sangat tegas
Munculkan kasih sayang, perasaan jatuh cinta antar pasangan. Dengan demikian, suasana kehangatan dirumah akan muncul dan membawa suasana yang nyaman bagi anak.
Kondisi seperti inilah yang akan mengoptimalkan kecerdasannya kelak. Bukan dengan penjejalan. Bukan dengan les sana sini. Bukan dengan memasukannya ke sekolah terbagus.
Mendidik anak usia 0-6th itu fokus pada fitrah keimanan dan individualitasnya
Fitrah iman dengan mengenalkan kecintaan terhadap Allah, Allah yang maha indah, maha pengasih dan maha penyayang.
Sabar dan tunda dulu untuk menyuruh anak untuk sholat, atau kewajiban lainnya. Karena usia ini, anak belum diminta pertanggungjawabannya. Cukup perlihatkan bahwa orangtuanya sholat tepat waktu, tilawah rutin, dll
Sedangkan fitrah individualitas adalah, dengan memenuhi kebutuhan ego nya. Yang memang pada usia ini, anak-anak memiliki egosentris yg cukup tinggi.
Penuhi keinginannya. Tapi tidak semua harus kita penuhi. Yang berhubungan dengan nyawa atau yang dilarang dalam AlQuran. Dan perhatikan bagaimana cara kita menolak keinginannya, agar kalimat yang kita sampaikan tidak menyakiti hatinya.
Kasung yang sering terjadi adalah tentang kepemilikan. Kebanyakan, disaat anak yang lebih besar berebut mainan dengan anak yang lebih kecil, maka orang tua cenderung untuk meminta mainan itu diberikan kepada adiknya.
Seharusnya, kita tanyakan dulu, milik siapakah mainan itu? Atau siapakah yang lebih dulu memegang mainan itu? Maka dia yg lebih berhak untuk memainkannya.
Berikan solusi, apakah si adik mau diberikan mainan lain? Atau maukah kk bergiliran sesuai waktu yang disepakati?
Selain itu, penuhi emosi nya. Seperti ketika mereka menangis. Tahanlah bibir ini untuk berkata, jangan nangis ya! Karena mereka memang butuh menangis. Peran kita adalah berempati dengan perasaannya.
Tanyakan, apa yang sedang dirasakan? Jika belum mau bicara, "Boleh nangis, tapi jangan sambil teriak, dan jangan lama-lama, jika sudah siap untuk berbicara, ibu siap mendengarkan kamu, sayang"
Fokus kepada bertanya tentang perasaannya. Tahan mulut ini untuk menasehatinya atau malah menyalahkannya.
Hmmm...
Cukup mengerti?
Sekarang tentang CBE
Community Based Education
Cabang komunitas dari HEbAT yang menaungi para orangtua pembelajar untuk bergabung, belajar bersama, mengatasi masalah bersama dan bersama sama untuk mencari solusi, dan diharapkan bisa membangun sebuah peradaban di komunitasnya.
Karena "memerlukan orang sekampung untuk mendidik satu anak"
Kemudia acara dilanjut dengan botram, liwet buatan keluarga bu ninik,
lalu anak anak diajak untuk memanen singkong, bermain dengan tanah, bapa2 ngopi sambil makan singkong rebus, kemudian disuguhi buah markusa yang baru saja dipanen.
Oiya, ini ada sedikit liputan kegiatan dari suaminya teh Evi
https://youtu.be/tBvUYMXqXYs
Seorang mama yang ingin belajar
- Puspa -