Skip to main content

HAKIKAT SUAMI ISTRI : SAHABAT ATAU MUSUH

*VI dan VII. Hakikat Suami Istri keenam dan ketujuh*

Suami dan Istri bisa menjadi *musuh* satu sama lain dan juga menjadi *sahabat*.

_"Wahai orang2 yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak2mu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang"_
(QS. At-Taghabun (64): 14)

Jika istri dan anak bisa menjadi musuh, maka istri dan anak pun dapat menjadi Sahabat.

Maka tugas kita adalah *bagaimana* agar suami dan istri dapat menjadi Sahabat, menjadikan rumah tangganya sebagai Baiti Jannati (rumahku surgaku).

*(1). Memperbanyak Taubat*

Jika menemukan bahwa rumah tangga masih jauh dari Surga, maka Allah telah mengisyarahkan ubtuk bertaubat.

Nabi Adam a.s dan Hawa dikeluarkan dari surga, tapi kemudian keduanya bertaubat, maka Allah berikan kepada mereka petunjuk dan jalan untuk kembali surga.

*(1) Pemaaf dan banyak meminta maaf*
Salah satu yang disebutkan dalam ayat di atas tadi (64:14), Allah memerintahkan untuk  memaafkan dan menyantuni.

Dalam konflik apapun, ada pihak yang merasa benar dan merasa salah. Jika merasa benar, maka perannya adalah untuk banyak-banyak memaafkan.
Jika merasa salah, segeralah meminta maaf dengan mengalahkan ego pribadi dan mengharap ridha Allah SWT.

(Dalam sesi diskusi Ust Jalal menambahkan) , *di antara suami dan istri siapa yang harus lebih sering meminta maaf?*

Tentunya yang paling banyak berdosa.

Namun demikian,
meski maaf adalah tanggung jawab kedua belah pihak, ada penekanan khusus bagi para suami untuk lebih sering meminta maaf.. karena Ayat 64:14 tadi secara kaida ditujukan lebih utama kepada para suami yang memegang peranan sebagai *Qawwam dalam keluarga*. Saya (Ust Jalal) membiasakan sejak menikah hingga sekarang sebelum tidur meminta maaf kepada ummi (istri Ust Jalal) atas segala kekurangan.

Urusan Sahabat dan musuh *jangan dianggap remeh*. Menjadikan rumah tangga sebagai Baiti Jannati adalah sesuatu yang harus diperjuangkan.

Di dalam Al Quran, Allah menggambarkan 4 tipe pernikahan.

*Keluarga 1*:
*Suami istri bersahabat dalam kebaikan*

Yakni kisah pernikahan Rasulullah SAW dan Ibrahim a.s. Bukan hanya keluara inti (a'ilah) yang baik, namun keluarga hingga kepada keturunan2nya dan yg tinggal bersamanya (usrah) pun dalam keadaan baik. Bahkan Ibrahim a.s mendapatkan julukan Bapak para Nabi karena begitu banyak daei keturunanannya yang menjadi Nabi.

*Keluarga 2: Istri menjadi musuh suami*

Yakni yang terjadi pada pernikahan Nabi Luth dan Nabi Nuh a.s (lihat QS. At-Tahrim (66): 10).

Dalam kondisi seperti ini, seorang suami harus tetap istiqamah dalam kebenaran, memihak

*Keluarga 3. Suami menjadi musuh istri*

Yakni yang terjadi pada Asiyah istri Firaun. Asiyah asala seorang yang beriman dan tetap dalam keimanannya meski suaminya (Firaun) adalah raja jahat sepanjang masa (lihat QS. At Tahrim: 11)

*Keluarga 4. Bersahabat dalam keburukan*

Yakni, seperti Abu Lahab dan Ummu Jamil yang Allah rekam kisahnya dalam QS. Al Lahab. Keduanya memang bersahabt, namun persahabatannya tidak membawa mereka ke surga, melainkan ke neraka. Naudzubillahimindzalik.

Popular posts from this blog

Hasil Psikotes Alula - Cara Membaca

Bismillah. Beberapa waktu lalu, alula mengikuti psikotes yang diadakan pihak sekolah. Alhamdulillah hasilnya sudah launching.   Tingkat perkembangan intelektual : 90-109 itu normal utk anak/orang rata-rata sebayanya. Porsi bermain dan belajar harus pas, materi pelajaran jangan berlebihan (khususnya yang masih dibawah 7 tahun) sampai mencuri waktunya bermain, sehingga menjadi stress. Tehnik pengajaran yang ideal adalah SIMULTAN : Simultan artinya belajar secara bertahap dan bersinambungan, jika halaman pertama belum bisa ataupaham hindari ke halaman selanjutnya, jika menulis huruf B dan D masih terbalik-balik ya itu dulu yang dipelajari. Belajarlah dari mulai dari yang mudah dengan keterangan2 yang jelas. Kemampuan dasar Aritmatika sudah mulai senang hitung2 an, Logika belajar Sebab Akibat, Persepsi pandai omong,tapi sulit melakukan, IQ 110-130 Superior, kecerdasan nya dia atas anak rata2 seusianya. Potensi harus terus distimulus dengan kegiatan2 yang merangsang kecerdasannya

Adab ke Toilet

Bismillah. Sudah beberaha hari ini, Naira mengompol. Entah itu baru sedikit pipis di celana dalam, ataupun ngompol. Saya jadi mulai terpancing emosinya. Kesal, karena setiap disuruh pipis ke toilet, Naira selalu menolaknya. Dan akhirnya ngompol. Tantangan hari ke 19 Kali ini saya BRP tentang kapan harus ke toilet Teteh, kalau ada rasa menggelitik di perut bawah ( sambil disentuh di bagian kendung kemih) itu tandanya "pengen pipis" Jadi teteh harus? "ke toilet" Sebelumnya harus apa? "buka celana dulu baru jongkok di toilet" Iyaaa pinteeer.. Kalau mamam suruh pipis? "tinggal buka celana terus pipis ditoilet" Jangan apa? "jangan tahan pipis" Nanti apa? "nanti ngompol" Kalau ngompol? "nanti mamam marah" Eaaaaaaaa. Ihihihi Selain marah apa? "nanti air pipis nya kemana-mana, najis" Iya, berarti mamam harus apa? "harus ngepel sama nyuci celana bekas ompol Iya..

PANDU 45

Spesial dari Bu Septi 🎁🎁🎁 PANDU 45 Buat ayah bunda yang kesulitan membersamai anak menemukan bakatnya, kami membuatkan panduan berbagai macam aktivitas yang bisa anda gunakan untuk menjadi pedoman berbagai macam aktivitas yang dilakukan anak-anak. Sebelum mereka berusia 16 th, perbanyaklah ragam kegiatan anak, sehingga mereka kaya akan wawasan, kaya akan kegiatan, sehingga di usia produktifnya nanti akan muncuk kekayaan gagasannya. Jangan buru-buru ditestkan beragam macam test bakat jenis apapun. Kita diberikan kekuatan mata hati dan mata fisik kita sebagai orangtua. Cara ini sangat mahal dibandingkan dengan mengikutkan anak-anak dengan beragam tes bakat. Karena cara ini tidak bisa dibayar dengan uang, tapi harus dibayar dengan waktu anda, pikiran anda dan hati anda untuk anak-anak. Ebook yang kami susun inipun mahal, tidak bisa dibayar dengan uang, tapi dibayar dengan kemauan anda menemani anak-anak menemukan jalan hidupnya dengan sabar, rileks, tidak menggegas dan ti