Skip to main content

Renungan Pendidikan #2

-Ust. Harry Santosa-

Sesungguhnya masa mendidik anak kita tidaklah lama, itu hanya berlangsung sampai usia  AqilBaligh (usia 14-15 tahun). Sebuah masa yang singkat, masa yang cuma seperempat dari usia kita – orangtuanya – jika Allah berikan jatah 60 tahun.

Padahal anak-anak dan keturunan yang sholeh akan menjamin kebahagiaan akhirat kita dalam
masa yang tiada berbatas.

Lalu mengapa amanah terindah ini kita sia siakan dengan mengirim
mereka ke lembaga, ke asrama, ke sekolah dll sebelum masa aqilbaligh mereka tiba.

Jika demikian, lalu apa yang ada dalam benak kita tentang amanah terindah dan kesempatan untuk kekal bahagia di akhirat nanti?Jika demikian, lalu apa yang kita akan jawab di hadapan Allah SWT tentang pendidikan mereka?Apakah lembaga, asrama dan sekolah akan dimintai tanggungjawab di akhirat kelak?

Jika demikian masihkah kita berharap syurga dari doa-doa anak-anak kita, padahal mereka  dititipkan kepada pihak ketiga yang tidak dimintai tanggungjawab sedikitpun dan diragukan  doanya dikabulkan?

Bukankah ketika usia mereka dititipkan itu masih menjadi tanggungjawab kita?

Bukankah doa yang dipanjatkan oleh orang-orang seiman yang bertalian darah akan lebih
diterima Allah SWT?

Setiap yang beriman kepada AlQuran pasti tahu jawabannya. Bahkan memelihara anak  yatimpun sebaiknya dalam dekapan keluarga yang utuh bukan cuma disantuni, apalagi anak  kandung yang jelas menjadi tanggungjawab penuh kedua orangtuanya.

Lihatlah wajah teduh anak-anak kita ketika mereka terlelap, beberapa tahun ke depan wajah2 ini akan berubah menjadi wajah orang dewasa yang setara dengan kita, lalu kita tidak punya lagi kesempatan memperbaiki karakter yang sdh terbentuk, apalagi menyempurnakan akhlak
mereka.

Lalu apa yang kita jawab dihadapan Allah SWT atas karakter-karakter yang sudah terbentuk tadi?

Apakah kita mampu berlepas tangan dari tanggungjawab kita di akhirat?

Ayah Bunda, mari kita didik anak-anak kita dengan tangan, hati, mata, telinga, lisan kita sendiri.

Membangun Home Education bukanlah pilihan, namun kewajiban setiap orangtua yang
beriman, itu tidak,memerlukan penjelasan dan pembuktian lagi.

Pada galibnya anak-anak kita akan hidup lebih lama dari kita, walau bisa saja mereka  mendahului kita dipanggil Sang Khalik.

Dalam menjalani masa depannya nanti – yang tanpa  kehadiran kita – anak-anak kita akan mengenang kita.

Anak-anak kita memerlukan kenangan2 yang memunculkan kesan2 dan imaji2 yang baik, positif, tulus, penuh cinta dan utuh tentang masa lalu mereka bersama kedua orangtuanya, itu  semua agar mereka kuat menghadapi masa sendiri ketika mereka kelak dewasa.

Dan itu hanya diperoleh pada masa yang singkat 15 tahun pertama dalam kehidupannya, yang diberikan oleh orangtuanya dengan tulus dan ikhlash yang tak tergantikan oleh siapapun.

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasispotensidanakhlak

Popular posts from this blog

Hasil Psikotes Alula - Cara Membaca

Bismillah. Beberapa waktu lalu, alula mengikuti psikotes yang diadakan pihak sekolah. Alhamdulillah hasilnya sudah launching.   Tingkat perkembangan intelektual : 90-109 itu normal utk anak/orang rata-rata sebayanya. Porsi bermain dan belajar harus pas, materi pelajaran jangan berlebihan (khususnya yang masih dibawah 7 tahun) sampai mencuri waktunya bermain, sehingga menjadi stress. Tehnik pengajaran yang ideal adalah SIMULTAN : Simultan artinya belajar secara bertahap dan bersinambungan, jika halaman pertama belum bisa ataupaham hindari ke halaman selanjutnya, jika menulis huruf B dan D masih terbalik-balik ya itu dulu yang dipelajari. Belajarlah dari mulai dari yang mudah dengan keterangan2 yang jelas. Kemampuan dasar Aritmatika sudah mulai senang hitung2 an, Logika belajar Sebab Akibat, Persepsi pandai omong,tapi sulit melakukan, IQ 110-130 Superior, kecerdasan nya dia atas anak rata2 seusianya. Potensi harus terus distimulus dengan kegiatan2 yang merangsang kecerdasa...

Adab Kepada Kaka - Bermain

Bismillah. Sering kali Naira berteriak kencang dan merebut mainan atau barang yang sedang dipegang kaka alula. Dan ketika Alula tidak nyaman, naira sering sekali memaksa untuk bermain bersamanya. Tantangan hari ke 12 "Berbaktilah kepada ibu dan bapakmu,  dan saudaramu, kemudian yang lebih di bawahnya lagi, dan yang dibawahnya lagi." Kali ini saya melakukan BRP pada Naira. Teteh, gimana cara berbicara yang sopan sama kaka? "Kakaaaaa" ( agak berteriak) Lebih lembut lagi ya sayang "Kakaaaa" (kini lembut) Pinter Jadi kalau bicara sama kaka? "harus lembut dan sopan" Iya Kalau kaka yang duluan pegang mainan,  artinya itu hak siapa? "Hak kaka" Kalau teteh mau boleh ga? "Boleh" Asalkan? "Minta izin dulu" Kalau diizinkan? Bilang terimakasih Kalau ga diizinkan? "Jangan paksa, tunggu sampai kaka selesai" Iya pinter, teteh udah ngerti yaaa Sekarang, kalau teteh mau main sam...

Adab ke Toilet

Bismillah. Sudah beberaha hari ini, Naira mengompol. Entah itu baru sedikit pipis di celana dalam, ataupun ngompol. Saya jadi mulai terpancing emosinya. Kesal, karena setiap disuruh pipis ke toilet, Naira selalu menolaknya. Dan akhirnya ngompol. Tantangan hari ke 19 Kali ini saya BRP tentang kapan harus ke toilet Teteh, kalau ada rasa menggelitik di perut bawah ( sambil disentuh di bagian kendung kemih) itu tandanya "pengen pipis" Jadi teteh harus? "ke toilet" Sebelumnya harus apa? "buka celana dulu baru jongkok di toilet" Iyaaa pinteeer.. Kalau mamam suruh pipis? "tinggal buka celana terus pipis ditoilet" Jangan apa? "jangan tahan pipis" Nanti apa? "nanti ngompol" Kalau ngompol? "nanti mamam marah" Eaaaaaaaa. Ihihihi Selain marah apa? "nanti air pipis nya kemana-mana, najis" Iya, berarti mamam harus apa? "harus ngepel sama nyuci celana bekas ompol Iya.....