🍃🌷🍃🌷🍃🌷🍃🌷🍃🌷🍃
*Emosi dan Dinamikanya*
1. Apakah *emosi* itu?
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 1998).
2. Emosi adalah energi. Oleh karenanya membutuhkan disalurkan dan diekspresikan. Emosi sehat mampu mengantarkan kita menjadi manusia berperilaku sehat, dalam berpikir, mengambil keputusan juga mencapai berbagai tujuan hidupnya agar lebih bermakna ( _meaningful life_ ).
3. Bagaimana indikator untuk mengecek emosi kita sudah sehat?ditunjukkan dengan hati yang senantiasa berprasangka baik pada makhluk juga kepada Allah; mampu berkomunikasi positif (lisan juga pernyataan tubuh), menunjukkan keselarasan antara lisan dengan pernyataan tubuh/wajah juga tetap mampu mengekspresikan emosi positif meski dalam keadaan "kritis" (lelah, lapar, mengantuk, sakit).
Khusus efektivitas komunikasi _face to face_, ingatkah prinsip *3V* 7%, 38% dan 55%?
7% adalah Verbal (lisan), 38% Vocal (intonasi suara) dan 55% adalah Visual (pernyataan tubuh).
Ketiganya mesti selaras, termasuk dalam berkomunikasi dengan anak.
4. Bagaimana mengekspresikan emosi sehat?ekspresi *emosi yg diekspresikan secara sadar*. Dikendalikan oleh akal bukan nafsu. Supaya tetap akal yg berperan alias _supaya kita tetap waras_, kita harus memiliki sistem "cooling down", mekanisme peredaman emosi agar marah tidak menjadi amarah, gembira tidak menjadi terlena, sedih tidak sampai meratap, dll.
Ini dicontohkan oleh Rasulullah (adab mengekspresikan emosi marah, sedih, senang dll, yg dikembalikan sepenuhnya pada kekuasaan dan ketetapan Allah).
Cara lain adalah dengan melancarkan pernafasan kita supaya kita lebih rileks dan tenang (menarik nafas panjang beberapa kali). Hal ini membuat akal kita bekerja dan dapat berpikir : "Apa yg terjadi?" "Mengapa terjadi" dan "Solusi apa yg dibutuhkan?".
5. Ekspresi emosi yg sehat adalah yg adaptif. Ekspresi yg membuat nyaman (tidak merusak) baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Prinsip komunikasi dan relasi sehat : "Sama-sama happy" (perasaan dan pikiran sendiri bisa disampaikan dengan cara yg nyaman dan orang lain pun dapat memahami pesan emosi dan pikiran kita).
6. Sebaliknya, ekspresi emosi yang kurang sehat/kurang adaptif selain karena akal kurang berfungsi juga karena individu itu memiliki *bank emosi negatif* (timbunan luka emosi, luka traumatis, berbagai tekanan atau pengabaian emosi di masa lalu). Emosi yang negatif dan berkepanjangan bisa muncul dalam bentuk amarah, depresi juga kecemasan yang berlebih.
Bank emosi negatif bisa muncul juga dalam penyakit fisik (asma, maag, asam urat, migrain dll).
7. Proses membersihkan *bank emosi negatif* adalah dengan terapi oleh diri sendiri ataupun bantuan terapis. Jenis terapi dalam agama Islam : Tazkiyatun Nafs dan dari sisi psikologis (beberapa psikoterapi). Kedua terapi ini bersifat proses dan dilakukan sepanjang hayat. Tujuan bisa : pemulihan/penyembuhan atau pengembangan untuk meningkatkan kualitas hidup kita agar lebih hidup dan bermakna.
8. Dari studi di bidang medis, banyak bukti kaitan pengaruh emosi ke kesehatan fisik. Telah banyak dokter bedah akan menunda operasi kepada pasien jika pasien merasa cemas atau panik. Hal ini didasari ada bbrp kasus 'mengabaikan' kondisi emosi pasien sehingga tetap meneruskan operasi. Ternyata hal ini menyebabkan pendarahan hebat pada pasien. Disisi lain, 70% penderita sakit fisik akan memburuk kondisinya ketika memiliki *bank emosi negatif*. Pemulihan terlebih dahulu kondisi emosi pasien, menjadi hal yang tepat sebelum memulai berbagai tindakan medis berikutnya.
9. Anak belum matang akalnya sehingga perlu dibimbing/diarahkan OT dalam mengekspresikan dan mengelola emosi sehat ini. Arahkan anak dlm berproses ini, agar anak bisa mengenal emosinya, mampu mengekspresikan emosi secara adaptif, selaras menyatakan ekspresi lisan dengan pernyataan tubuh (prinsip 3V) serta memiliki sistem "cooling down" sendiri bukan oleh "tekanan lingkungan".
Hal yg disebutkan terakhir, sepertinya secara jangka pendek efektif hanya secara jangka panjang akan bermasalah karena "anak akan memiliki *bank emosi negatif*" yang membawa dampak buruk di kemudian hari, untuk kesehatan fisik juga psikis (seperti yg dijelaskan sebelumnya).
10. Kematangan dan kesehatan emosi OT sangat berperan untuk membimbing *anak belajar emosi sehat*. Hal ini ditujukan agar anak memiliki kecerdasan emosi yg baik sebagai pondasi kuat untuk memancarkan berbagai fitrahnya yg luar biasa.
*Anak belajar emosi* dilakukan OT sebelum mengembangkan berbagai kemampuan kognitif. Otak emosilah yang pertama kali tumbuh pada seorang anak di 0-3 tahun. Sedangkan otak kognitif pertumbuhannya dimulai sejak anak 4 tahun. Dari penelitian sudah terbukti bahwa prestasi individu ditentukan oleh 80% oleh kecerdasan emosi sedangkan kecerdasan berpikir hanya 20%. Hal ini pun sebagai dasar untuk mengembangkan karakter anak juga kecerdasan spiritual pada anak. Berbagai value moral dan spiritual akan efektif diserap dan diinternalisasi baik oleh anak ketika *anak dalam kondisi yang tenang*, bahkan efektivitasnya lebih meningkat ketika *anak dalam kondisi senang*. Oleh karenanya, *bermain dengan anak* adalah media paling efektif untuk anak belajar berbagai hal, untuk memancarkan berbagai fitrahnya. Bahkan beberapa psikolog memanfaatkan bermain ini sebagai terapi untuk anak-anak yang normal juga yang memiliki permasalahan psikologis (dikenal dengan *play theraphy*).
🌷 _Salam Semangat Menebar Manfaat & Syafaat_ : *Diah Mahmudah, Psikolog* 🌷
✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏
*Emosi dan Dinamikanya*
1. Apakah *emosi* itu?
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 1998).
2. Emosi adalah energi. Oleh karenanya membutuhkan disalurkan dan diekspresikan. Emosi sehat mampu mengantarkan kita menjadi manusia berperilaku sehat, dalam berpikir, mengambil keputusan juga mencapai berbagai tujuan hidupnya agar lebih bermakna ( _meaningful life_ ).
3. Bagaimana indikator untuk mengecek emosi kita sudah sehat?ditunjukkan dengan hati yang senantiasa berprasangka baik pada makhluk juga kepada Allah; mampu berkomunikasi positif (lisan juga pernyataan tubuh), menunjukkan keselarasan antara lisan dengan pernyataan tubuh/wajah juga tetap mampu mengekspresikan emosi positif meski dalam keadaan "kritis" (lelah, lapar, mengantuk, sakit).
Khusus efektivitas komunikasi _face to face_, ingatkah prinsip *3V* 7%, 38% dan 55%?
7% adalah Verbal (lisan), 38% Vocal (intonasi suara) dan 55% adalah Visual (pernyataan tubuh).
Ketiganya mesti selaras, termasuk dalam berkomunikasi dengan anak.
4. Bagaimana mengekspresikan emosi sehat?ekspresi *emosi yg diekspresikan secara sadar*. Dikendalikan oleh akal bukan nafsu. Supaya tetap akal yg berperan alias _supaya kita tetap waras_, kita harus memiliki sistem "cooling down", mekanisme peredaman emosi agar marah tidak menjadi amarah, gembira tidak menjadi terlena, sedih tidak sampai meratap, dll.
Ini dicontohkan oleh Rasulullah (adab mengekspresikan emosi marah, sedih, senang dll, yg dikembalikan sepenuhnya pada kekuasaan dan ketetapan Allah).
Cara lain adalah dengan melancarkan pernafasan kita supaya kita lebih rileks dan tenang (menarik nafas panjang beberapa kali). Hal ini membuat akal kita bekerja dan dapat berpikir : "Apa yg terjadi?" "Mengapa terjadi" dan "Solusi apa yg dibutuhkan?".
5. Ekspresi emosi yg sehat adalah yg adaptif. Ekspresi yg membuat nyaman (tidak merusak) baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Prinsip komunikasi dan relasi sehat : "Sama-sama happy" (perasaan dan pikiran sendiri bisa disampaikan dengan cara yg nyaman dan orang lain pun dapat memahami pesan emosi dan pikiran kita).
6. Sebaliknya, ekspresi emosi yang kurang sehat/kurang adaptif selain karena akal kurang berfungsi juga karena individu itu memiliki *bank emosi negatif* (timbunan luka emosi, luka traumatis, berbagai tekanan atau pengabaian emosi di masa lalu). Emosi yang negatif dan berkepanjangan bisa muncul dalam bentuk amarah, depresi juga kecemasan yang berlebih.
Bank emosi negatif bisa muncul juga dalam penyakit fisik (asma, maag, asam urat, migrain dll).
7. Proses membersihkan *bank emosi negatif* adalah dengan terapi oleh diri sendiri ataupun bantuan terapis. Jenis terapi dalam agama Islam : Tazkiyatun Nafs dan dari sisi psikologis (beberapa psikoterapi). Kedua terapi ini bersifat proses dan dilakukan sepanjang hayat. Tujuan bisa : pemulihan/penyembuhan atau pengembangan untuk meningkatkan kualitas hidup kita agar lebih hidup dan bermakna.
8. Dari studi di bidang medis, banyak bukti kaitan pengaruh emosi ke kesehatan fisik. Telah banyak dokter bedah akan menunda operasi kepada pasien jika pasien merasa cemas atau panik. Hal ini didasari ada bbrp kasus 'mengabaikan' kondisi emosi pasien sehingga tetap meneruskan operasi. Ternyata hal ini menyebabkan pendarahan hebat pada pasien. Disisi lain, 70% penderita sakit fisik akan memburuk kondisinya ketika memiliki *bank emosi negatif*. Pemulihan terlebih dahulu kondisi emosi pasien, menjadi hal yang tepat sebelum memulai berbagai tindakan medis berikutnya.
9. Anak belum matang akalnya sehingga perlu dibimbing/diarahkan OT dalam mengekspresikan dan mengelola emosi sehat ini. Arahkan anak dlm berproses ini, agar anak bisa mengenal emosinya, mampu mengekspresikan emosi secara adaptif, selaras menyatakan ekspresi lisan dengan pernyataan tubuh (prinsip 3V) serta memiliki sistem "cooling down" sendiri bukan oleh "tekanan lingkungan".
Hal yg disebutkan terakhir, sepertinya secara jangka pendek efektif hanya secara jangka panjang akan bermasalah karena "anak akan memiliki *bank emosi negatif*" yang membawa dampak buruk di kemudian hari, untuk kesehatan fisik juga psikis (seperti yg dijelaskan sebelumnya).
10. Kematangan dan kesehatan emosi OT sangat berperan untuk membimbing *anak belajar emosi sehat*. Hal ini ditujukan agar anak memiliki kecerdasan emosi yg baik sebagai pondasi kuat untuk memancarkan berbagai fitrahnya yg luar biasa.
*Anak belajar emosi* dilakukan OT sebelum mengembangkan berbagai kemampuan kognitif. Otak emosilah yang pertama kali tumbuh pada seorang anak di 0-3 tahun. Sedangkan otak kognitif pertumbuhannya dimulai sejak anak 4 tahun. Dari penelitian sudah terbukti bahwa prestasi individu ditentukan oleh 80% oleh kecerdasan emosi sedangkan kecerdasan berpikir hanya 20%. Hal ini pun sebagai dasar untuk mengembangkan karakter anak juga kecerdasan spiritual pada anak. Berbagai value moral dan spiritual akan efektif diserap dan diinternalisasi baik oleh anak ketika *anak dalam kondisi yang tenang*, bahkan efektivitasnya lebih meningkat ketika *anak dalam kondisi senang*. Oleh karenanya, *bermain dengan anak* adalah media paling efektif untuk anak belajar berbagai hal, untuk memancarkan berbagai fitrahnya. Bahkan beberapa psikolog memanfaatkan bermain ini sebagai terapi untuk anak-anak yang normal juga yang memiliki permasalahan psikologis (dikenal dengan *play theraphy*).
🌷 _Salam Semangat Menebar Manfaat & Syafaat_ : *Diah Mahmudah, Psikolog* 🌷
✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏