Bismillah. Ditengah wabah corona ini, ternyata tantangan semakin menarik. Situasi kerjaan suami yang ditunggu deadline, membuatnya menjadi lebih fokus pada kerjaannya, sehingga lebih sering meninggalkan rumah lebih pagi.
Sedangkan saya yang masih saja bergantung pada kehadiran suami, disaat pagi hari, saat saat panic time, saat saat pekerjaan domestik yang paling banyak mengantri untuk dikerjakan.
Sebenarnya mungkin ini cara Allah untuk memnuat saya tidak bergantung pada suami saat pagi. Namun entah kenapa, saya masih saja merasa panik dipagi hari. Sehingga saya kesulitan mengalirkan emosi, yang berujung dengan teriakan -teriakan yang ditujukan pada anak.
Sedih, menyesal. Namun saat ini, saya benar-benar hanya berharap agar saya bisa melalui semua ini. Terutama lulus untuk menjadi pribadi yang lemah lembut. Tidak ada teriakan, bentakan, perlakuan yang menyakiti anak-anak.
Hanya bisa berharap, berdoa, dan yakin akan datangnya hari itu. Hari dimana saya bisa tersenyum lebar, menikmati berbagai tingkah laku anak-anak. Yaaaa, tingkah laku anak yang kelak tidak akan terulang, dan mungkin akan merasa rindu dengan momen-momen ini
Semoga dengan berlalunya wabah corona ini, berlalu juga wabah bentakan dan teriakan dari lisan saya.
Wahai diriku yang lembut hatinya, aku yakin kamu akan berhasil menjadi kupu-kupu yang lembut hatinya, lembut perangainya, penuh keanggunan dan berlimpahkan rasa cinta.
Comments
Post a Comment